Fenomena Anti Tuhan di Arab: Tantangan Baru Umat Islam

Fenomena Anti Tuhan di Arab: Tantangan Baru Umat Islam

 

 

 

Berbicara tentang Ateisme, mungkin sebagian besar dari kita akan membayangkan tentang orang-orang Barat yang memang banyak dari mereka menganut paham ini. Namun bila bicara tentang Ateisme di Arab, sebagian besar dari kita pasti akan terkejut.

Hal ini terbukti pada Kamis (17/9) malam dalam diskusi Utan Kayu yang membahas tema Ateisme Arab, tak seperti biasanya, penuh sesak oleh peserta.

Benarkah di negara yang terdapat dua kota suci itu masih ada yang menganut Ateisme?

Muhammad Ali, Asisten Profesor di Universitas California Amerika, sebagai salah satu pembicara mengatakan bahwa menurut sebuah survei terdapat 5% warga Arab Saudi saja adalah ateis dan ini merupakah jumlah terbesar di antara negara-negara Arab lainnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dalam sebuah buku tentang Ateisme di Arab ada beberapa macam kelompok Ateisme Arab.

Pertama adalah kelompok kritis, yaitu mereka yang masih memeluk Islam dan mempercayai adanya Tuhan tapi sangat kritis terhadap teks-teks yang terdapat dalam Alquran. Kelompok ini disebut juga freedom of loyalty yaitu bebas tapi tetap loyal.

“Kritis saja pokoknya, tapi tetep yakin, tetep Muslim dan tetep salat,” terang Ali.

Kedua adalah kalangan agnostik, yang tidak peduli lagi dengan agama. Ketiga adalah Ateisme yang menolak keberadaan tuhan, agama dan bahkan menyerang agama.

Sementara itu Ulil Abshar Abdalla sebagai pembicara kedua melihat dua perbedaan dalam fenomena Ateisme Arab; ada Ateisme Arab lama yang lebih pada kritik terhadap konsep kenabian, sementara itu Ateisme Arab baru kritiknya lebih ditujukan pada produk kenabian yaitu agama itu sendiri.

“Mereka mengkritik Quran maupun hadis,” terang Ulil.

Namun bagi Ulil, kritik dan serangan Ateisme Arab terhadap agama Islam merupakan tantangan tersendiri bagi umat Muslim. Dengan membaca kicauan-kicauan Twitter para pendukung Ateisme Arab membantu menunjukkan kepada kita tentang hot spot atau lubang-lubang yang dapat dikritisi dalam Islam.

“Cara menutup lubang yang ditunjukkan oleh kelompok Ateisme Arab ini adalah tugas kita,” pungkas Ulil.

Maka dengan sendirinya, Ateisme Arab ini akan memacu kita untuk lebih giat lagi mempelajari Islam dan juga Alquran agar dapat mempersiapkan diri membendung gelombang Ateisme Arab yang bukan tidak mungkin, sebagaimana halnya Wahabisme, pengaruhnya juga akan sampai ke Indonesia.[tvshia/abipress]

Kirim komentar